Tentang Mimpi dalam Masa Itu
Dia terperosok lagi
Bersama debu yang menempel di wajahnya
Dia kesut dengan tangan mungilnya
lalu berkata “aku tak apa, jangan risaukan”
Dia bangkit kembali
Bersama beribu orang yang masih peduli
Saat bercengkerama ria, dialah sang ahli dalam menipu
Dengan memunculkan begitu banyak canda
Walau sebenarnya dia hanya bertopeng belaka
Dia terpuruk lagi
Oleh keadaan yang memaksanya untuk berdiam
Atas sakit dan perihnya segala masa lalu
Atas muramnya apa yang ia pikirkan
Atas kebencian dan kenistaan sebuah kemunafikan
Ia ingin menjerit membuang lara
Ia ingin tertawa lebar lebar untuk menyempitkan sunyi
Ia ingin menangis goyah untuk menghabiskan air mata
Ia memulai kembali
Sebuah depresi yang selalu tersembunyi
Ia mengacak-acak rambutnya
Mengulang memori yang pernah ia hancurkan sendiri
Dan hanya mampu berkedip sembari menguap dalam harap
Ketika dibalik remang-remang ia menguatkan kembali
Setitik cahaya di dalam hati akan sebuah mimpi
Dimana ia tak boleh mengenal kata tumbang
Hanya karna kata masa itu~
Lendah, 8 September 2017
Tuan Kopi
Tuan
Bolehkah saya bertanya sebagai pecandu kopi
Yang selalu saya merasa senang bisa menyeruputnya
Membiarkan lidah saya bermain rasa
Menyeduh secangkir kopi sambil bernostalgia sendiri
Bukanlah pertanyaan yang menganjal pikiran tuan
Tapi bisa saja tuan mendermawankan roti tawar di meja itu
Untuk menganjal lapar orang di bawah anda itu
Bukankah kopi anda sudah menghidupi anda secara cukup?
Tidak tuan
Saya hanya sebagian kecil dari butiran kopi itu
Yang menyukai harumnya saat disangrai
Menjadikan biji demi biji itu tersaji menjadi bubuk
Tumbuh menjadi materi yang saya hidupkan untuk tanggungan saya
Sedangkan rumah yang saya bangun mati-matian itu sedikit condong
Bahkan hampir roboh
Tuan
Saya langsung saja ke pertanyaan
Karena saya takut anda murka
Memasang indra seksama demi derajat manusia yang ternilai tahta di bawah anda
Saya hanya rakyat jelata tuan
Meminta balas kasihan untuk membenahi atap berlindung hujan
Tuan
Mengapa kopi bisa menjadi pengobat rindu?
Ketika waktu itu saya juga pernah menjadi tuan kopi
Yang memakan karma karena tak mengenal kata berbagi
Lendah, 18 September 2017
Tri Wahyuni, XI IPS-3, pernah memublikasikan puisinya di website ini pada 13 Agustus 2017. Alhamdulillah, kali ini dia terus berkarya, dan SEKARANG kita bisa lagi menikmati dua buah puisinya yang menawan hati.
Kini dia adalah siswa SMA Negeri 1 Lendah, Kelas XI IPS-3, dengan Nomor Induk Sekolah 5453, dan Nomor Induk Siswa Nasional 0012147590. Ayahnya bernama: Wangsit, Ibunya bernama Sumirah. Alamat tempat tinggalnya adalah: Dusun Tubin, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo 55663. Seorang siswi yang memiliki selera jiwa puitis. Dia pernah membawakan puisi-puisinya pada acara Wisuda Siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2016/2017 di Balai Desa Jatirejo, Lendah, Kulon Progo. Mendapatkan aplaus yang bagus dari audiens saat itu. Kita tunggu karya-karya berikutnya dari Tri Wahyuni, siswi kelas XI IPS-3