Kenal Pendiri Bangsa Secara Adil & Terbuka

Semakin bertambah banyaklah pengetahuan kita tentang sejarah nasional yang benar, berkat adanya tulisan-tulisan cerdas buah karya para penulis yang sangat bermutu kompetensinya. Ditulis secara adil dan fair, tanpa ada bumbu-bumbu emosional destruktif, apalagi pesan sponsor bela yang bayar, bukannya bela yang benar!

Masa kini adalah produk dari masa lampau, celakanya bila produk-produk jelek JUSTRU yang dikembangkan, contohnya adalah ujaran kebencian. Kesenangan amat sangat menghina mitra tanding, getol sebar hoax buat fitnah dan takut berkompetisi secara sehat dan terhormat. Banjir bandangnya  begitu merebak di medsos dan di mana-mana. Itu semua adalah mentalitas buruk yang harus segera disetop!

MENURUT SEJARAH, ternyata ujaran kebencian penuh dendam kesumat itu  memang sudah menjadi laten dan ‘dipatentkan’ sejak 1966, ketika muncul Presiden Kedua di Republik ini.  Nada antipati atau kebencian  Presiden Kedua terhadap Presiden Pertama sungguh sangat kentara, sistematis dan masif. Benar-benar contoh atau preseden yang sangat buruk.

Mari kita membaca serpihan sejarah orisinal yang masih bisa ditemukan, seperti berikut ini.

Kala Bung Karno Selalu Dilarang

Film yang dilarang putar itu adalah Perdjalanan Bung Karno ke Amerika. Film tersebut berupa film dokumenter produksi Produksi Film Negara (PFN) di bawah Departemen Penerangan. Film itu diputar di Karanganyar dan Sragen, Jawa Tengah, tepatnya di sebuah asrama polisi pada September 1967. Masa itu merupakan awal pemerintahan ”Orde Baru”. Dan Bung Karno disebut sebagai orang ”Orde Lama”.

Dalam berita Kompas, 9 Oktober 1967, yang bersumber dari kantor berita Antara disebut, atas pemutaran film tersebut perlu segera diambil tindakan seperlunya. ”Karena tindakan tersebut dirasakan sebagai tantangan terhadap usaha pengorbanan mental kita….”

Pelarangan pemutaran film terkait Proklamator Republik Indonesia itu juga terjadi tahun 1987 di Solo. Pihak Laksusda Surakarta melarang pemutaran film dokumentasi Perjalanan Presiden Soekarno ke Irian Barat. Direncanakan film itu akan diputar di rumah W Wandowo, Pemimpin Redaksi SKM Dharma Nyata di Kampung Jajar, Solo.

Sebelum itu, Wandowo yang adalah pengagum tokoh Soekarno juga pernah memutar film Perjalanan Presiden Soekarmo ke Amerika Serikat dan Pidato Presiden Soekarno tentang Pancasila di Depan Sidang Umum PBB.

Dikabarkan Kompas pada Februari 2003, film-film dokumenter bersejarah tentang Soekarno terancam punah. Film-film yang tersimpan di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) itu berukuran 8 milimeter hingga 70 mm.

Gulungan seluloid tersebut tidak bisa lagi diputar dan ditayangkan karena lengket dengan lilitannya.

Dari sekitar 69.000 film koleksi ANRI ketika itu tercatat 1.424 buah terpaksa dimusnahkan karena tidak layak dioperasikan. Di antara yang meleleh tersebut ada film dokumenter tahun 1950-an hingga tahun 1960-an.

Belakangan sejumlah potongan video perjalanan Presiden Soekarno ke AS diunggah ke Youtube, di antaranya saat Bung Karno berpidato di depan Perserikatan Bangsa-Bangsa menjelaskan tentang isi dan makna Pancasila. Pada saat Bung Karno menjelaskan makna setiap sila itu, hadirin bertepuk riuh.

Referensi: Berbagai Sumber.