Siswa SMAN 1 Lendah Menyambut dengan Antusias Pembangunan Museum Pendidikan

Pemerintah berencana membangun museum pendidikan sebagai pusat sumber informasi dan informasi mengenai perkembangan pendidikan di Nusantara dan kemudian Indonesia. Museum tersebut harus bisa merepresentasikan berbagai bentuk sistem pengajaran yang ada di masyarakat.

Hal tersebut menjadi topik diskusi kelompok terpumpun di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipimpin oleh Mendikbud Muhadjir Effendy di Jakarta, Rabu (17/10/2018). Hadir sebagai peserta para mantan mendikbud antara lain Wardiman Djojonegoro, Yahya Muhaimin, Abdul Malik Fadjar, dan Muhammad Nuh. Turut hadir para mantan wakil mendikbud dan mantan pejabat eselon I di Kemdikbud.

“Diskusi ini sebagai langkah awal untuk mendengar masukan dari para pakar pendidikan dan kebudayaan,” kata Muhadjir. Pembangunan museum pendidikan, katanya, berkorelasi dengan program pemajuan kebudayaan pemerintah karena pendidikan merupakan salah satu perwujudan budaya.

Wardiman menjelaskan, museum merupakan tempat untuk menghargai ide dan karya para pendahulu bangsa. Di Indonesia sudah terdapat berbagai museum seperti untuk lukisan, alat musik, dan artefak kuno. Sudah waktunya perkembangan sistem pendidikan juga didokumentasikan agar bisa dipelajari oleh masyarakat.

Dalam perencanaannya, cakupan sistem pendidikan Indonesia antara lain adalah pendidikan zaman prasejarah di Nusantara; pendidikan berbasis agama seperti Hindu, Buddha, dan Islam pada abad ke-6 hingga sebelum masuknya Belanda; pendidikan pada masa kolonial; pada masa penjajahan Jepang; pasca kemerdekaan; dan masa kini serta masa depan.

“Artefak yang ditampilkan bisa kitab-kitab kuno seperti naskah Buddha zaman Wangsa Sailendra dan berbagai kitab kuning yang dipakai dalam pembelajaran di pesantren. Juga bisa diadakan diorama perkembangan ruang kelas dari masa lalu hingga kini dan perkiraan fungsi ruang kelas di masa depan,” ujar Wardiman.

Sistem pendidikan tradisional

Sementara itu, Wakil Menteri Pendidikan Nasional periode 2010-2011 Fasli Jalal mengusulkan pentingnya ada representasi sistem pendidikan tradisional di masyarakat dulu dan kini. Hal ini bertujuan menunjukkan kepada masyarakat keragaman dan kekayaan sistem pendidikan di Indonesia.

“Jabarkan juga perubahan sistem pendidikan nenek moyang yang bersifat mengacu kepada alam sekitar menjadi sistem klasikal, yaitu siswa belajar di ruang-ruang kelas. Tentu ada perbedaan sistem klasikal di zaman kerajaan-kerajaan kuno, zaman Belanda, pasca kemerdekaan, dan kebutuhan pembelajaran abad ke-21,” tuturnya.

Fasli Jalal mengatakan, memberi masyarakat kesempatan melihat keragaman sistem pendidikan ini diharapkan bisa memberi inspirasi dan pengetahuan bahwa sistem pendidikan bisa dikembangkan secara fleksibel. Potensi-potensi lokal harus digali guna menemukan aspek yang bisa dimanfaatkan untuk mencapai standar pendidikan nasional.

Selain mengenai konsep dan artefak yang akan ditampilkan di museum, diskusi juga membahas lokasi potensial pembangunan museum. Beberapa usulan adalah di kompleks Kemdikbud, Museum Nasional, dan Taman Mini Indonesia Indah. Lokasi museum harus bisa menampung pengunjung yang berjumlah banyak.

Wakil Mendiknas Bidang Kebudayaan periode 2011-2014 Wiendu Nuryanti mengingatkan agar museum tidak hanya dimiliki oleh Kemdikbud. Harus ada kampanye kepada masyarakat agar mereka juga merasa memiliki sehingga mau merawat dan memanfaatkannya sebagai sumber pengetahuan.

Referensi: Laraswati Ariadne Anwar. Kompas, 18 Oktober 2018.