Bahan Diskusi Siswa SMAN 1 Lendah, Hasil Penelitian : Tidak Berolahraga Lebih Berbahaya Dibanding Merokok

Momentum sukses besar penyelenggaraan  Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 di Jakarta-Palembang di negara kita beberapa minggu yang lalu, membikin siswa SMAN 1 Lendah semakin bersemangat menekuni manfaat Olah Raga.

Sudah barang tentu rajin praktik olar raga. Tentunya hal ini bukan sekedar dilakukan oleh para siswa Kelas Khusus Olah Raga!

Bukan rahasia lagi olahraga memberi banyak manfaat bagi tubuh kita. Minimal, dengan berolahraga, tubuh menjadi terasa lebih bugar.

Hal ini berkebalikan dengan mrokok yang sudah jamak diketahui memberi dampak buruk bagi tubuh.

Namun, sebuah penelitian terbaru menemukan hal mengejutkan, yaitu tidak melakukan olahraga rutin mungkin lebih berbahaya bagi tubuh dibanding merokok.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open ini dilakukan oleh para peneliti dari Cleveland Clinic. Mereka mempelajari 122.007 pasien selama tahun 1991 hingga 2014.

Para pasien diminta melakukan pengujian tread mill dan kemudian peneliti mencatat angka kematian. Hasilnya, kehidupan yang lebih lama dan sehat berkorelasi dengan tingkat olahraga yang tinggi. “Kebugaran kardiorespirasi berbanding terbalik dengan mortalitas jangka panjang tanpa ada batas manfaat yang teramati,” tulis studi tersebut dikutip dari Time, Sabtu (20/10/2018).

Tetapi mereka menegaskan, “Kebugaran aerobik yang sangat tinggi berkaitan dengan kelangsungan hidup lebih lama dan punya manfaat pada pasien yang lebih tua dan orang dengan hipertensi,” sambungnya.

Hal ini dipahami secara luas sebagai gaya hidup aktif bisa mengarah pada kehidupan yang sehat. Penelitian ini juga menyimpulkan, gaya hidup kurang gerak berkaitan dengan risiko penyakit lebih tinggi.

Studi Menjawab Dr Wael Jaber, salah satu penulis penelitian ini, menyebut bahwa hasil tersebut cukup mengejurkan.

“Tidak melakukan olahraga dengan treadmill atau latihan stres memiliki prognosis lebih buruk dalam hal kematian dibanding memiliki hipertensi, diabetes, atau kebiasaan merokok,” kata Jaber kepada CNN.

Referensi: Resa Eka Ayu Sartika. Kompas, 21 Oktober 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*