Layanan Konseling, Mencegah Depresi Siswa

Layanan konseling bagi peserta didik perlu dilakukan di sekolah-sekolah, khususnya yang berisiko mengalami depresi. Pendampingan psikologis dinilai dapat memengaruhi keadaan emosi dan motivasi belajar peserta didik.

Menurut hasil berbagai penelitian, dukungan orangtua, teman, dan sekolah memegang peranan penting untuk menentukan emosi peserta didik. Hal ini berpengaruh pula pada motivasi belajar peserta didik.

Hasil penelitian menunjukkan perlunya intervensi yang membuat peserta didik merasakan dukungan dari orangtua, teman, dan lembaga pendidikan. Intervensi tersebut sebaiknya meliputi tindakan preventif, kuratif, dan promotif.

Berbagai hasil penelitian kuantitatif deskriptif mengelompokkan peserta didik pada lima area permasalahan, yaitu (1) kecenderungan depresi, (2) kemampuan pengendalian emosi, (3) kondisi fungsi keluarga, (4) kualitas pertemanan, dan (5) keyakinan berhasil di sekolah.

Hasilnya, dari seluruh responden, ada 383 orang yang berisiko mengalami lima masalah tersebut. Dari jumlah itu, sebanyak 88 orang berisiko mengalami depresi.

Ada sejumlah faktor yang dinilai mendorong terjadinya depresi pada milenial, contohnya pada peserta didik tahun pertama. Mereka mengalami tantangan besar karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Selain itu, mereka juga menghadapi tuntutan akademis dan perubahan relasi dengan orangtua dan teman.

Masing-masing anggota keluarga pun semakin fokus pada pencapaian kebutuhan fisik. Kebersamaan dan hubungan emosional antaranggota keluarga menjadi berkurang. Ditambahkan pula  pesatnya perkembangan teknologi informasi turut memicu depresi pada peserta didik atau milenial.

Pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan mental dinilai penting bagi kehidupan sehari-hari. Depresi yang tidak ditangani bisa mengarah pada hal negatif. Orang yang depresi memilih bergaul dengan kelompok pergaulan yang membawa pengaruh negatif, hingga menyakiti diri sendiri.

Keadaan mental yang baik pada peserta didik dinilai berpengaruh pada kualitas belajar. Membangun suasana belajar yang kondusif dapat membuat peserta didik siap untuk belajar, baik secara emosional, maupun secara kognitif.

Dikatakan bahwa layanan konseling yang ideal harus mencakup dua hal, yaitu tindakan promotif dan kuratif. Menurutnya, tindakan yang paling banyak dilakukan selama ini bersifat kuratif, yakni tindakan yang diambil ketika seseorang membuat masalah karena depresi.

Tindakan promotif juga harus kita perhatikan. Sebab, tindakan promotif dilakukan sebelum ada peristiwa lanjutan akibat depresi. Itu bisa dilakukan dengan seminar, diskusi, atau praktik-praktik yang menarik tentang kesehatan mental.

Ia menambahkan, layanan konseling di sekolah harus mampu mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Layanan ini dapat dilakukan dengan membuka ruang-ruang untuk berdiskusi, bercerita, hingga untuk bekerja sama.

Menurut hasil penelitian, dari jumlah orang yang mengikuti konseling, sebanyak 100 persen menyatakan konseling itu bermanfaat bagi mereka. Beberapa di antara mereka mampu menyesuaikan diri dengan kesulitan yang dialami setelah konseling. Ada pula beberapa orang yang membutuhkan konseling lanjutan.

Belum banyak sekolah yang menyediakan layanan konseling dengan benar bagi peserta didik, padahal layanan konseling perlu terus dikembangkan di sekolah.

Kesiapan dan komitmen tenaga ahli perlu dipertimbangkan. Selain itu, harus ada dukungan dari pimpinan sekolah dan guru-guru semua mata pelajaran. Fasilitas untuk layanan konseling pun juga harus dipertimbangkan.

Referensi: Dari Berbagai Sumber Cetak dan Online.