Puisi Karya Tri Wahyuni XI IPS-3 “Sajak Cinta untuk Ayah Ibu”, dan “Desa Kepunyaan”

PENGANTAR REDAKSI

Mari kita nikmati dua buah puisi Tri Wahyuni, Kelas XI-IPS-3 berikut ini.

Puisi karya sendiri ini pernah dibacakan oleh dia, pada even Resepsi Wisuda Siswa Kelas XII, pada Jumat, 21  April 2017, pkl 10, bertempat di Balaidesa Jatirejo. 

 

*****

Hari ini adalah hari yang bahagia untuk semua orang yang berada di ruangan ini

Kebahagiaan akan terasa lebih lengkap

Apabila kita dikelilingi oleh orang orang yang kita cintai

Berbicara tentang cinta,

Ada beberapa orang yang tentunya tidak diragukan lagi ketulusan cintanya

Dan tidak akan pernah melepaskan cinta mereka untuk kita

Yaitu keluarga .

Terutama orang tua

Keberhasilan dan perjuangan yang kita capai saat ini

Tidak terlepas dari cinta, kasih sayang,  dukungan serta bimbingan dari orang tua kita.

 

SAJAK CINTA UNTUK AYAH  IBU

Aku berjalan menyusuri setapak di tepi sungai

Berhenti agak lama di tengah jalan gelap

Dan aku menoleh menatap dua insan di kejauhan sana

Dengan senyum mengembang yang tak asing di mataku

Dua orang yang sangat aku beri bakti

Dua orang yang sangat aku hargai

Yang aku cinta dan aku sayangi

Terlihat setengah lelah namun mereka tak pernah sekalipun lengah

Kakiku perlahan berjalan menghampiri mereka

Dengan pikiran melintas di benakku

Atas apa yang mereka lalukan terhadapku

Membuat airmata di pelupuk mataku tak dapat aku bendung

Bagaimana tidak?

Seorang yang aku panggil ibu itu

Merelakan perutnya sakit untuk kujadikan rumah selama 9 bulan

Ibu mempertaruhkan semua  nyawa dibawah sadar hanya untuk mengantarkan aku melihat dunia ini

Ibu dengan tulus menuntunku dari kejamnya kerikil agar aku berjalan tanpa tertatih

Ibu yang medidikku merawatku penuh kelembutan dan kasih sayang

Ibu yang membawa surgaku pada telapak kaki sucinya

Ibu yang sampai sekarang aku tak mampu menjabarkan jasanya padaku

Lalu di sebelah malaikatku itu

Tengoklah ada sesosok pejantan perkasa

Yang susah payah membentakku dengan sangat keras demi masa depan yang dia jamin tidak suram

Yang menjadikan dirinya laksana super hero di keluarga kecil kami

Yang dengan ikhlas memeras peras keringatnya demi rupiah per rupiah

Yang membanting tulangnya agar putra-putri kecilnya dapat mencicipi nikmatnya hidup

Beliau tauladan kami

Yang dengan bijaknya menyelesaikan segala problematika

Beliau ayah kami,  yang kami bakti

 

Detik demi detik

Hari demi hari

Bahkan tahun demi tahun

Apa yang dapat aku lakukan untuk sekiranya membalas mereka?

Bahkan aku sering ganti membentak saat kalian menasehati

Bahkan aku pula yang membanting pintu menutup pintu jika permintaanku tak kalian duruti

Bahkan aku yang sering membohongi kalian dengan alasan kesenanganku sendiri

Bahkan aku pula yang sering mempermalukan kalian dengan kenakalanku

Tapi apakah mereka memendam dendam terhadapku?

Tidak!  Tidak sama sekali!

Mereka tetap dengan halusnya meluluhkan putra-putrinya

Mereka tetap menebar cinta kasihnya kepadaku

Bahkan masih tetap menyebut nama ku. Ya benar nama anak durhakanya di setiap doa-doa nya sampai aku menjadi seperti ini

Ya Tuhan

Betapa bodohnya aku

Ya Tuhan

Maafkan aku

Tak sadarkah aku,  merekalah yang menghidup-hidupkan aku?

Tak sadarkah pula aku bahwa kelak aku tak akan mampu melihat mereka terbujur kaku?

Lalu saat mereka masih mampu memperlihatkan nafasnya padaku aku malah membuat mereka terisak sakit.

 

Langkah langkahku terhenti di hadapan mereka

Kupandangi ayah dan ibuku kembali

Inci demi inci

Badan yang dulu tegap kini mulai membungkuk

Usia telah memakan mereka

Rambut yang dulu hitam-legam kini memutih seolah hitam tak mau lagi merawatnya

Dan kulit yang dahulu kencang berseri, kini mulai luntur berkeriput

Aku tak mampu lagi

Aku menunduk menatap tanah

Berserak sudah air dipelupuk mata yang sudah sampai tanah

Mereka menatapku

Aku tak mungkin bisa berlama membalas menatapnya

Aku memeluknya

Aku mencium kening mereka

Tuhan

Panjangkan umur mereka

Izinkan anak yang durhaka ini membuatnya lebih menangis

Menangis karena suatu saat kau menghendakiku untuk berhasil

Lalu aku membisik di tengah pelukan mereka

Terimakasih ayah

Terimakasih ibu

Telah merawatku telah mencintaiku

Aku sayang ayah, aku sayang ibu

Sampai akhir hayat ku

Terimakasih ~

 

Please remember that your parents are your hero

Your parents are your paradise

Make them proud with your achievements

Don’t give up to comfort many obstacle

Because you must be the star

Love mother is never end

Because your Mother is everything

Love your Dad with more integrity

So, respect your Dad with more respectably

We love you mom and dad♡

 

Lendah, Medio April 2017

*****

 

DESA KEPUNYAAN

 

Hakikat telah menumbuhkan

Sehijau nestapa yang terbawa angin

Semegah suburnya tanah di tepi sungai kecil

Dengan hamparan sawah sebagai nostalgia para lelaki

Berebut si raja terbang kecil berkicauan

Telah menyambut setelah memasuki gerbang desa kepunyaan

 

Cukup telusuri dengan menengok pelan

Sambil hirup udara berbau tanah itu

Lalu matamu akan menjadi berbinar

Dimanjakan oleh menjulangnya pegunungan dengan jalan berkerikil

Dengan mata air yang berbilang biru

Sangat dingin menembus tulang

Itu satu pesan

Supaya semakin kau tahu nikmat Tuhan yang tidak bisa kau dustakan

 

Sampai di ujung pohon besar

Jalan menurun lebih baik

Sudah siapkah dengan kepungan senyum

Yang menghadang di gubuk gubuk sepanjang setapak

Para wanita bercengkerama sambil memegang tenun

Meneruskan sulamnya atau sekedar memberi nilai untuk kainnya

Mereka ibu dan juga gadis

Bersolek mengibaskan rambut hitamnya

Menjaga gubuk mereka sambil menumbuk padi dengan lesung di belakang rumah

Menjaga buah hati dan juga menjaga desa kepunyaan

 

Setelah setapak semakin bagus

Berhentilah di perempatan depan itu

Jalan sudah ditutup rapat

Mereka sedang menghidupkan gerak

Memberi makan anak-cucu dengan budaya dan istiadat

Semua yang terlewati telah bertumpah menjadi satu di lapangan itu

Mengucap syukur dengan caranya

Karena ini acara wiwitan

Di mana padi semakin merunduk

Tanpa menunjukkan kesombongannya

Menandakan panen akan segera tiba

 

Pemuka desa memulai dengan salam

Memohon kembali diberi rezeki yang lebih lapang

Mereka hikmat larut dalam harap

Semakin menyadari

Dan mengutuk alam dengan semakin menjaganya~

 

Lendah, 18 oktober 2017

 

Tri Wahyuni pernah memublikasikan puisinya di website ini pada 14 Oktober 2017, 29 September 2017, 19 September 2019, dan 13 Agustus 2017.  Alhamdulillah, kali ini dia terus berkarya, dan SEKARANG kita bisa menikmati lagi dua buah puisinya yang sangat menawan hati.

Kini dia adalah siswa SMA Negeri 1 Lendah, Kelas XI IPS-3, dengan Nomor Induk Sekolah 5453, dan Nomor Induk Siswa Nasional 0012147590. Ayahnya bernama: Wangsit, Ibunya bernama Sumirah. Alamat tempat tinggalnya adalah: Dusun Tubin, Sidorejo, Lendah, Kulon Progo 55663. Seorang siswi yang memiliki selera jiwa puitis. Dia pernah membawakan puisi-puisinya pada acara Wisuda Siswa Kelas XII Tahun Pelajaran 2016/2017 di Balai Desa Jatirejo, Lendah, Kulon Progo. Mendapatkan aplaus yang bagus dari audiens saat itu. Kita tunggu karya-karya berikutnya dari Tri Wahyuni, siswi kelas XI IPS-3.

Mari kita nikmati dua buah puisinya yang diposting sekarang di website kebanggan pelajar Indonesia ini.